RajaBackLink.com

Oknum MUI Banten dijadikan ‘Londo Ireng’ Aguan Arwan (Kaum Dhoif yang berharap Keadilan)

Oknum MUI Banten dijadikan ‘Londo Ireng’ Aguan Arwan (Kaum Dhoif yang berharap Keadilan)

 

Star7tv.com || Pada zaman kononialisme, Bangsa kita meninggalkan sejarah kelam di masa lalu, dimana selama ratusan tahun lamanya hidup terbelenggu ditangan penjajah Belanda. Dan cerita perih ini tidak akan terlupakan, dan terus akan dikenang hingga akhir zaman.

 

Pengkhianatan anak-anak bangsa yang rela menggadaikan kemerdekaan dan kehormatannya, demi menikmati hidup makmur bersama kolonial di bumi Nusantara.

 

Namun dimasa itu, bangsa kita sama sekali tidak menaruh dendam. Mengapa?Karena bangsa kita dikenal sebagai bangsa yang ramah dan bukan bangsa pendendam.

 

Jika kita mencoba menrefleksikannya kembali kisah atau sejarah pengkhianatan yang pernah terjadi, maka sejatinya musuh kita sejak dulu hingga sekarang, sebenarnya bukan siapa-siapa melainkan saudara sebangsa sendiri yang dikenal dengan sebutan Belanda Hitam atau ” Londo Ireng “, atau pengkhianat bangsa.

 

” Londo Ireng”, dimasa itu lebih memilih membela Belanda dari pada kepentingan bangsanya sendiri di dalam melakukan perjuangan merebut kemerdekaan.

 

Pernyataan yang paling mengagetkan dari eks KNIL saat itu ialah menjadi Tentara KNIL (Tentara Indonesia yang bekerja dengan Belanda) hanya soal urusan perut.

 

“Saya menjadi KNIL karena urusan perut. Tampaknya beberapa rekan saya pun begitu. Mereka menjadi alat pemerintah kolonial bukan karena ideologi, tapi untuk memenuhi kebutuhan hidup.”

 

Kisah Oknum MUI yang melakukan pembenaran pada Empirik kebenaran soal Kedzaliman dan Keserakahan Oligarki adalah ‘Londo Ireng’ era Kini. Senjata mereka ialah Dalil yang dibuat seolah tegak lurus pada visi Oligarki. Pernyataan Said Aqil Siradj soal Ihya’ al-mawat tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat Banten. Cara Ihya’ al-mawat ialah: Menyuburkan tanah dengan pupuk, Menanam tanaman, Membuat pagar atau garis batas, Menggali parit. Bukan sebaliknya dihidupkan untuk kepentingan hedonisme dan melawan etika dan moral warga Banten.

 

Dukungan Oknum MUI yang mempersepsikan PIK 2 seolah humanistik dan bernuansa toleran adalah strategi yang konyol disaat warga sekitar telah menjadi korban.

 

Orasi yang disampaikan dalam MIMBAR TERBUKA KONGRES RAKYAT BANTEN 1 oleh perwakilan nelayan dari Serang Utara dengan membawa Jaring Ikan yang sudah tak digunakan menunjukkan bahwa nelayan tak bisa melaut jika PIK 2 dilanjutkan.

 

Dalam pemberitaan BantenNews Saya mengutip pernyataan Penasihat Forum Kebangkitan Petani dan Nelayan (FKPN), Kholid Mikdar yang menegaskan bahwa pembangunan PIK 2 akan berdampak buruk pada masyarakat pesisir Serang Utara.

 

Ia mencatat kehadiran calo tanah di wilayah tersebut sebagai indikasi dimulainya proses pembebasan lahan.

 

“Belum ada pembebasan lahan resmi, tetapi calo tanah sudah berkeliaran dan transaksi mulai terjadi. Bahkan, beberapa lahan sudah ditransaksikan meskipun prosesnya tidak jelas,” kata Kholid.

 

Kembali ke Oknum MUI yang kini kita sebut ‘Londo Ireng’ era Modern seolah dibutakan dengan kegelisahan, kedzaliman yang dilakukan oleh Pihak Aguan. Prinsip Tabayun tidak dilakukan oleh mereka hanya menjajakan perintah ‘Bos Besar’ demi cuan dan Perut Mereka!

 

*Jangan salahkan Kami Jika dalam waktu Dekat Kami turun untuk Bungkam dan Ingatkan MUI!!!*

 

_Banten, 14 Januari 2025_

 

*(Penulis adalah Koordinator Kongres Rakyat Banten I sekaligus Presidium Forwatu Banten)*

 





Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *